Skip to main content

Search Modal

TOYOTA GAZOO Racing, Tim Balap Dunia Untuk Mewujudkan Ever Better Cars

Main Area

Main

TOYOTA GAZOO Racing, Tim Balap Dunia Untuk Mewujudkan Ever Better Cars

Partisipasi Toyota di dunia motorsport punya satu misi khusus: tidak hanya meningkatkan performa mobil balap, tapi juga kemampuan orang-orang yang membuatnya. Pengalaman dan data yang didapatkan dari arena balap kemudian dibawa ke pabrik sebagai acuan mengembangkan mobil baru. Ini telah menjadi filosofi manufaktur Toyota sejak era founder Kiichiro Toyoda.

Tekanan yang sangat tinggi di dunia balap mengungkap potensi terbaik kendaraan. Sesuatu yang tidak bisa dilihat dalam kondisi normal setiap hari. Dunia balap memberikan Toyota kesempatan untuk menguji sebuah mobil hingga limit tertingginya dan menekan batas itu lebih jauh “to make ever better cars”. Filosofi yang dipegang teguh oleh TOYOTA GAZOO Racing (TGR) sejak awal berdirinya.

Roads Build People, People Build Cars

Sejarah motorsport Toyota sudah dimulai sejak lebih dari 60 tahun yang lalu. Selama kurun waktu tersebut, Toyota mencetak berbagai kisah yang didapatkan di bawah kondisi ekstrem trek balap untuk membangun mobil baru di masa depan. Sebuah kesempatan langka yang menempa awak tim balap Toyota.

Semua aktivitas di arena balap mengasah sensor dan insting engineer Toyota untuk mengembangkan mobil balap yang dapat memenuhi tuntutan di lapangan. Kerasnya persaingan membuat teknisi mengerahkan segenap energi dan ilmunya hingga batas tertinggi untuk meracik mobil balap yang sanggup berkompetisi, bahkan memenangkan persaingan.

Lantas, apa yang terjadi jika limpahan pengetahuan teknis yang tidak bisa diperoleh dari balik meja desain atau trek uji kendaraan internal tersebut dibawa ke bagian riset pengembangan mobil baru?

Tentunya segudang ide segar yang bisa diaplikasikan pada mobil produksi massal. Toyota menyempurnakan setiap aspek mobilnya di jalan raya dunia dan tanpa ragu menerapkan pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dengan cara ini sebagai umpan balik. Alhasil, mobil yang diciptakan sanggup memenuhi ekspektasi pelanggan, baik performa dan daya tahannya di jalan.

Relasi Kuat TOYOTA GAZOO Racing dan Sirkuit Nürburgring

Sirkuit Nürburgring punya sejarah panjang bersama tim balap Toyota. Dimulai tahun 1973, Toyota mengandalkan Celica 1600GT di ajang Nurburgring 6-Hour Race, di mana tim langsung meraih posisi ke-6 umum dan juara pertama di kelasnya. Saat itu Toyota sudah melihat potensi sirkuit di tengah wilayah pegunungan ini menjadi lokasi yang cocok untuk pengembangan kendaraan.

Meminjam istilah zaman now, Nürburgring bukanlah sirkuit kaleng-kaleng. Sebagai gambaran, sirkuit ini memiliki dua bagian utama. Pertama adalah trek Grand Prix sepanjang sekitar 5,1 km yang biasa dipakai untuk lomba balap dunia seperti F1 dan touring car, serta kawasan kedua yang mengelilingi perbukitan di sekitarnya sepanjang sekitar 20,8 km. Area ini biasa disebut sebagai Nordschleife (North Loop/putaran utara).

North Loop seperti merepresentasikan tipikal jalan di benua Eropa. Bagian ini memiliki beda ketinggian maksimum hingga 300 meter disertai lebih dari 170 tikungan menantang dengan karakter berbeda. Saking panjangnya, ada titik di mana mobil menikung ekstra pelan, tapi di area lain bisa mengembangkan top speed di trek lurus tanpa hambatan. Pun dengan aspal trek yang tidak semulus trek Grand Prix sehingga mengingatkan pada kondisi jalan raya umumnya.

Dengan layout yang begitu menantang, membuat Toyota terpikat dengan sirkuit legendaris ini dan menjadikan sebagai salah satu pusat pengembangan mobil sport, di mana yang terbaru adalah All New Toyota Supra yang lahir kembali. Seperti dejavu, sirkuit Nürburgring merupakan basis pengembangan Supra generasi ke-4 di era 1980an.

Akio Toyoda Mencoba Langsung Mobil Balap Toyota

Tidak hanya karyawan, bahkan President Toyota Motor Corporation (TMC) Akio Toyoda juga merasakan langsung mobil balap atau mobil produksi massal yang sedang dikembangkan untuk merasakan langsung dan memberikan input terkait performanya. Seperti di masa awal pengembangan Yaris sebagai mobil reli, ia mencoba langsung mobil tersebut bersama Tommi Mäkinen, eks juara dunia reli yang menjadi Head of TOYOTA GAZOO Racing WRT.

Bahkan secara “diam-diam” Akio pernah mengikuti balap ketahanan Nürburgring 24 jam memakai nama Morizo. Tidak sekadar menyalurkan hobi balap, Akio sempat menjadi juara pertama di kategori SP8-Class menggunakan Lexus LFA di tahun 2014. Tahun 2019, Akio kembali berlaga di Nürburgring 24 Jam mengandalkan All New Supra.

Sejarah TOYOTA GAZOO Racing

TOYOTA GAZOO Racing (TGR) secara resmi berdiri di tahun 2015. Namun sejarah TGR sudah diukir jauh sebelumnya sejak tahun 2007 saat Toyota memutuskan untuk mengikuti ajang Nürburgring 24 jam dengan nama tim GAZOO Racing. Nama GAZOO digunakan lantaran terdengar unik dan menggambarkan kegembiraan saat bertarung di lintasan balap.

Tim yang berlaga terdiri atas para karyawan Toyota tidak memiliki pengalaman di dunia balap, baik sebagai pembalap ataupun mekanik dimana menjadi juara bukanlah tujuan utama karena ada 3 hal yang ingin diraih dari keikutsertaan mereka diantaranya untuk mengasah skill karyawan Toyota di lingkungan yang berat, mengembangkan performa kendaraan di trek balap paling ekstrem, serta berbagi harapan, kegembiraan dan antusiasme kepada para pecinta balap.

Mengandalkan 2 unit Toyota Altezza RS200, targetnya hanyalah menyelesaikan balapan selama 24 jam penuh. Nyatanya, para karyawan Toyota berhasil survive di lomba yang begitu menuntut ketangguhan mobil, pembalap, dan mekanik. Competition is the best training, karyawan Toyota belajar banyak dari lomba penuh tantangan ini.

Waktu terus berlalu, skill karyawan dan mobil balap Toyota terus diasah dan dikembangkan. Salah satu pencapaian tertinggi GAZOO Racing di lomba Nürburgring 24 jam adalah di tahun 2014, di mana tim berhasil menggapai juara pertama di kelas SP8 dan SP9 mengandalkan Lexus LFA, dan di kelas GT-3 mengandalkan Toyota 86. Kian menggembirakan lantaran Master Akio Toyoda termasuk dari pembalap yang mengemudikan LFA di kelas SP8.

TOYOTA GAZOO Racing (TGR) resmi berdiri tahun 2015. Seiring waktu TGR melebarkan sayapnya, bersamaan dengan visi Akio Toyoda “to make ever-better cars”. Belajar dari pengalaman di dunia balap, Toyota melihat bahwa kompetisi di sirkuit membuat engineer memberikan dukungan teknologi sampai batas maksimal hingga melahirkan terobosan dan inovasi yang selanjutnya bisa diterapkan ke produksi massal.

Kiprah TGR di Ajang WEC

Tim baru, mobil balap baru, TGR mengandalkan Toyota TS050 untuk berlaga di lomba balap ketahanan 2016 (World Endurance Championship/WEC 2016). Penggunaan mesin Hybrid Electric Vehicle (HEV) merupakan salah satu upaya menunjukkan kekuatan mesin ramah lingkungan ini di sektor performa dan daya tahan. Selain itu, dengan dipacu konstan dalam jangka waktu lama serta tekanan lingkungan balap yang ekstrem, banyak data, dan masukan yang bisa ditindaklanjuti dalam pengembangan mobil produksi massal.

TGR meraih posisi cukup baik di tahun pertamanya tersebut dengan menempati klasemen akhir pabrikan di urutan ke-3 serta meraih gelar juara pertama di Fuji 6 jam, Jepang. Konsisten mengembangkan TS050, TGR meraih hasil jauh lebih baik di tahun 2017. TGR mencatat raihan juara pertama umum di sirkuit Silverstone Inggris, Spa Belgia, Fuji Jepang, Shanghai China, dan Bahrain. Bahkan di Spa dan Fuji sanggup meraih podium 1-2. TGR mengakhiri musim 2017 di urutan kedua klasemen umum WEC.

Menjalankan konsep to make ever better cars, tahun 2018 TGR datang dengan pengembangan di sektor teknis TS050 dan sumber daya manusia, seperti membawa eks juara dunia F1 Fernando Alonso sebagai salah satu pembalap. Di tahun ini pula, musim balap WEC berubah menjadi 2 tahun yakni 2018-2019. Tidak tanggung-tanggung, podium juara pertama kelas LMP1 sebagai puncak kelas WEC berhasil direbut di Spa, Le Mans, Fuji, Shanghai, Sebring, dan kembali ke Spa dan Le Mans. Tidak hanya itu, posisi kedua juga berhasil direbut dan hanya lolos di Spa ronde ke-2.

Alhasil, gelar juara dunia konstruktor WEC 2018-2019 sukses diraih oleh TGR. Semakin mengesankan, pembalap Sébastien Buemi, Fernando Alonso, dan Kazuki Nakajima dinobatkan sebagai juara pertama klasemen pembalap WEC 2018-2019.

Memasuki musim balap 2019-2020, peluang emas TGR untuk kembali merengkuh gelar juara umum ganda WEC kembali terbuka. Hasil mulus diraih saat meraih podium juara pertama di Silverstone, Fuji, Bahrain, dan Spa. Gelar lain adalah juara kedua Silverstone, Fuji, Shanghai, Lone Star Le Mans Amerika Serikat, dan Spa. Termasuk juara ketiga di Shanghai dan AS. Podium satu dan dua di Spa begitu memberi arti karena direbut di bulan Agustus 2020, setelah WEC diistirahatkan selama 6 bulan akibat pandemi COVID-19.

Kiprah TGR di Ajang WRC

TGR baru masuk di lomba reli dunia WRC (World Rally Championship) di tahun 2017. Toyota Yaris yang diandalkan di ajang WRC meraih dua gelar juara di Reli Swedia dan Finlandia di debutnya tahun itu. Tahun 2018, Yaris dan TGR langsung mencatat tinta emas dengan menjadi jawara di lima kejuaraan reli dunia dan mengamankan gelar juara konstruktor untuk ke-4 kalinya melanjutkan kejayaan di era 1990an.

Lanjut tahun 2019, Ott Tänak dan Martin Järveoja meraih gelar juara dunia reli pertama mereka atau ke-5 untuk pereli Toyota, sedangkan TGR meraih posisi kedua overall. Saat pandemi COVID-19 belum melanda dunia tahun 2020, Yaris berhasil menang di Reli Swedia dan Meksiko. Sementara di awal bulan September 2020, setelah lomba balap dunia mulai digelar kembali, pereli TGR Sébastien Ogier berhasil meraih juara ketiga Reli Estonia.

Bagi TGR, WRC merupakan salah satu arena motorsport terbaik dunia, di mana perlombaan diadakan di berbagai negara di belahan dunia yang merupakan trek uji coba mobil terbaik langsung di jalan raya, lokasi mobil produksi massal biasa dikemudikan. Dengan membawa Yaris langsung ke lokasi pengujian terbaiknya, Toyota bisa mempelajari bagaimana orang kebanyakan harus berhadapan dengan kondisi jalan tersebut setiap hari dan mencari solusi terbaik dalam menghadapinya.

Dengan membawa Yaris WRC yang dikembangkan dari versi produksi massal, TGR bisa mendapatkan 3 hal berharga. Pertama, melatih karyawan Toyota di medan ekstrem yang tidak bisa ditemui di negara asalnya, mengembangkan teknologi terbaik yang kelak bisa dipakai oleh versi produksi massal, dan menggali feedback dalam memproduksi mobil produksi massal.

Bagaimana Dengan Reli Dakar?

Sejak awal 1979, ketika 13 dari 74 yang finish adalah Toyota, setiap Reli Dakar pasti ada mobil Toyota di dalamnya. Sepanjang perlombaan yang menuntut kualitas, daya tahan, dan keandalan, Toyota memberi bukti nyata untuk dilihat semua orang. Hal ini terutama berlaku dalam kategori Production yang banyak diikuti peserta perorangan karena ada aturan ketat yang membatasi modifikasi kendaraan.

Dengan sedikit celah modifikasi yang tersedia, kinerja dasar mobil harus cukup bagi para peserta untuk sanggup menjalani lintasan balap yang sangat menantang. Reli Dakar terkenal sebagai balapan yang melalui berbagai lansekap termasuk gurun, medan berlumpur, dan pegunungan. Dengan jarak tempuh harian mencapai lebih dari 800 km, dalam cuaca yang sangat panas, pengemudi dan kendaraan menghadapi tantangan besar.

Selama dua minggu yang menuntut teknis kendaraan yang tangguh, kekuatan mental dan fisik pembalap, keterampilan mekanik, dan navigasi mumpuni, reli ini begitu sulit ditaklukkan, bahkan ada istilah "semua pembalap yang menyelesaikan balapan adalah pemenang". Dengan balapan yang begitu sulit, kadang hanya setengah dari peserta yang yang benar-benar dapat menyelesaikannya.

Tim pabrikan Toyota mulai secara serius berlaga di Reli Dakar sejak tahun 2012 yang diwakili oleh tim Toyota Racing Afrika Selatan. Tim langsung meraih kemenangan pertama Toyota dengan menempati posisi ketiga klasemen umum bersama pembalap Giniel De Villiers dan navigator Dirk von Zitzewitz.

Selanjutnya tim mencatat hasil keseluruhan terbaik ke-3 (2012), ke-2 (2013), ke-4 (2014), ke-2 (2015), ke-3 (2016), ke-5 (2017), dan ke-2 (2018). Tahun 2019, torehan emas dibuat oleh pembalap Nasser Al-Attiyah dan Mathieu Baumel sebagai co-driver dengan meraih podium juara pertama umum. Di tahun 2020, Nasser dan Mathieu kembali tampil sebagai juara kedua umum.

Toyota Hilux yang dipakai masuk ke dalam kelas paling bergengsi Super Production (T1.1). Oleh sebab itu, untuk ajang Reli Dakar 2020 lalu, Hilux menggunakan mesin ultra 5.000 cc V8 yang sanggup menghasilkan tenaga hingga 385 PS dan torsi dahsyat 650 Nm. Hilux mengandalkan sistem suspensi independen, mesin yang dipasang di tengah, penggerak all-wheel drive, dan pembalap yang duduk tepat di belakang roda depan.

Sama dengan hadirnya Yaris di WRC, partisipasi Hilux di Reli Dakar juga merupakan ujian sesungguhnya atas kinerja kendaraan penggerak 4 roda di trek yang biasa dilalui oleh penggunanya setiap hari. Dengan begitu, banyak data pengembangan dan feedback bisa diperoleh demi melaksanakan konsep to make ever better cars.

Latest Article
Back to top