Skip to main content

Search Modal

Simak Asal Usul Corona Bagi Toyota Selagi #dirumahaja

Main Area

Main

Simak Asal Usul Corona Bagi Toyota Selagi #dirumahaja

Selama 3 bulan terakhir ini headline berita selalu dipenuhi oleh kata Corona. Nama itu merupakan jenis virus baru yang menjadi wabah global hanya dalam waktu singkat. Nama resmi dari virus tersebut adalah Corona Virus Disease (COVID), lengkapnya COVID-19 karena ditemukan di tahun 2019. Tapi masyarakat lebih suka menyebutnya sebagai virus Corona.

Faktanya, jauh sebelum nama Corona terkenal sebagai virus flu seperti saat ini, Toyota sudah menyematkan nama Corona kepada sebuah produk berbasis sedan sejak tahun 1957 silam. Bagi Toyota, kata Corona yang berasal dari bahasa latin memiliki arti mahkota. Nomenklatur produk yang berasosiasi pada mahkota telah Toyota aplikasikan kepada beberapa model sedan seperti Corolla, Camry, dan Crown.

Selagi #dirumahaja, yuk kita simak sejarah singkat alias asal-usul Toyota Corona. Mulai dari pertama lahir di dunia hingga tumbuh dan berkembang di Indonesia, bahkan menjadi ikon sedan mewah di masanya.


Awal Perjalanan Toyota Corona

Generasi pertama Toyota Corona hadir pada bulan Juli 1957 dengan nama Toyopet Corona. Nama Toyopet sendiri dipakai oleh generasi awal mobil Toyota sebelum akhirnya menggunakan nama Toyota di awal tahun 1960an. Pada saat Toyopet Corona lahir, taksi menjadi kebutuhan dan salah satu model bisnis laris di Jepang sehingga Toyota hadir untuk memenuhi kebutuhan ini melalui Toyopet Crown. Lebih lanjut, permintaan pada pasar taksi dengan ukuran kompak bermodalkan mesin 1.000 cc pun sedang booming saat itu. Untuk itu, Toyota menghadirkan Toyopet Corona untuk menjawab permintaan masyarakat Jepang.

Toyota Corona generasi pertama ini menjadi produk Toyota pertama yang telah mengadopsi bodi monokok (monocoque body), dimana sasis dan sistem penggerak memanfaatkan milik Crown dan pintu memakai punya Toyopet Master. Corona dilengkapi mesin 1.000 cc Type S yang sudah mengandalkan pendingin air dan menghasilkan tenaga 33 PS di 4.500 rpm.

Uniknya, generasi pertama Toyota Corona sering dikaitkan dengan Dharma atau Daruma dalam bahasa Jepang yang merupakan sebuah boneka tradisional Jepang berbentuk membulat sebagai lambang harapan dan keberuntungan.

Selanjutnya, generasi kedua Corona lahir pada tahun 1960 dengan beberapa sentuhan desain di luar yang tampil lebih ramping dan proporsional, serta dilengkapi dengan ubahan di dalam dan pengaplikasian sistem suspensi belakang yang lebih nyaman. Pada generasi ini, hadir line-up baru yaitu Corona 1500 pada tahun 1961 dengan dapur pacu 1.500 cc bertenaga 60 PS di 5.000 rpm yang didukung oleh transmisi otomatis 2-percepatan Toyoglide.

Masuk generasi ketiga pada tahun 1964, Toyota Corona tampil kian mapan dan mewah. Hal ini membuat Corona menjadi produk terlaris mulai dari 4 bulan setelah diperkenalkan hingga tahun 1968. Lebih lanjut, generasi ketiga Corona ini juga menjadi produk Toyota yang untuk pertama kalinya mendapat banyak apresiasi dari pelanggan di luar jepang, termasuk di Amerika Serikat.



Sejarah Toyota Corona di Indonesia


Generasi Pertama (1971)

Perjalanan Toyota Corona di Indonesia dimulai satu tahun setelah generasi keempat hadir di dunia pada Februari 1970. Corona di daulat sebagai sedan Toyota pertama yang dirakit di Indonesia pada Mei 1971. Corona versi Indonesia di isi oleh model sedan 4 pintu.

Corona versi lokal dibekali mesin 1.600 cc 4 silinder segaris dan disandingkan dengan transmisi manual 4-speed. Mengandalkan bodi lebih besar dari generasi sebelumnya, Corona menawarkan jati diri sebagai sedan kelas menengah yang menawarkan kenyamanan berkendara tanpa harus mengorbankan konsumsi bensin. Itulah mengapa penjualan Corona tidak terpengaruh krisis minyak di tahun 1973.

Khusus untuk pasar Indonesia, terdapat 2 pilihan model Corona, yakni Deluxe dan Standard. Sebagai varian tertinggi, varian Deluxe sudah dilengkapi fitur radio dan taburan krom lebih banyak. Sementara model Standard belum dilengkapi fitur tersebut. Corona Deluxe banyak dipakai sebagai kendaraan dinas kepala instansi pemerintah, militer, dan manager perusahaan besar pada masa itu.

Satu kisah menarik mengenai Corona generasi pertama di Indonesia dan keempat di dunia ini adalah, pecintanya sempat menyebutnya sebagai Corona Rhoma Irama lantaran sang legenda dangdut Tanah Air ini sempat menggunakannya dalam salah satu film yang diperankan olehnya.


Generasi Kedua (1974)

Secara global, Corona generasi kelima hadir pada tahun 1973 dan masuk sebagai generasi kedua di Indonesia tahun 1974. Masih mengandalkan model sedan 4 pintu, posturnya lebih besar dari pendahulunya sehingga begitu nyaman untuk ditumpangi. Versi lokal mengadopsi mesin berkode 12R 1.600 cc dengan padanan transmisi manual 4-speed.

Penyegaran padanya dilakukan di tahun 1977 dengan penggunaan gril lebih besar dan mewah dari sebelumnya. Desain lampu belakang turut diperbesar dan kisi ventilasi AC di dalam kabin mengalami ubahan.

Tidak hanya itu, Corona juga memperoleh mesin baru berkode 18R berkapasitas 2.000 cc bertenaga 145 PS pada 6.400 rpm dan tetap mengandalkan transmisi manual 4-speed.

Biasanya mobil yang memiliki basis penggemar besar memiliki nama julukan unik. Ia sempat dipanggil Corona Hiu karena sirip-sirip udara pada kap mesinnya. Sementara model facelift memperoleh julukan Corona 2000 mengingat kapasitas mesinnya. Bahkan ada yang menyebutnya Corona Jangkrik lantaran bermain di film Chips yang dibintangi oleh trio pelawak legendaris Warkop DKI.


Generasi Ketiga (1979)

Generasi keenam versi global hadir pertama kali di Jepang tahun 1978 dan menjadi generasi ketiga di Indonesia tahun 1979. Corona tampil dengan dimensi bodi lebih besar dan mewah bermodalkan taburan krom di berbagai sudut seperti di bumper, gril, hingga lis kaca. Tubuh yang besar juga membuat ruang kabin semakin lega.

Terdapat perubahan besar di sektor suspensi dengan dilepaskan per daun dan diganti oleh per keong rigid axle 4-link di belakang dan MacPherson strut di depan. Kualitas pengendalian dan kenyamanan Corona meningkat drastis di generasi ini.

Corona masih memanfaatkan mesin 2.000 cc bertenaga. Bedanya, transmisi manual 5-speed yang lebih efisien bermodalkan rasio gigi 5 lebih halus ikut masuk ke dalam jajaran menemani opsi 4-speed. Masyarakat ada yang menjulukinya sebagai Corona Kotak.

Tahun 1981, Corona di Indonesia memperoleh perubahan wajah dengan tampil lebih sporty dan agresif berbekal kode TT di belakang namanya. Laburan krom di bodi berkurang drastis, dan bumper polyurethane disematkan untuk memberikan kesan modern. Uniknya, kapasitas mesin diturunkan menjadi 1.800 cc dipadukan dengan transmisi manual 5-speed.


Toyota Corona Mark II (1981)

Tahun 1981 menjadi menjadi masa transisi bagi Corona di Indonesia. Meski Corona generasi keenam masih diproduksi di pasar internasional hingga tahun 1983, pasar Indonesia justru memasukkan Corona Mark II sehingga Corona generasi ketujuh (1982) tidak pernah memasuki pasar Indonesia.

Corona Mark II merupakan Corona generasi keenam yang menggunakan mesin 2.000 cc yang disalurkan via transmisi manual 5-speed. Posisinya diarahkan untuk berada satu tingkat di atas Corona namun masih di bawah Crown sebagai sedan termewah. Tidak heran jika secara kualitas buatan, Corona Mark II hampir mendekati Crown.

Corona Mark II memperoleh sentuhan facelift di tahun 1982 dengan perubahan kecil di bagian wajah dan lampu belakang. Faktor kenyamanan mengemudi ditingkatkan dengan aplikasi power steering. Mark II berakhir kiprahnya di Indonesia di tahun 1984 dan Corona masuk ke era baru sedan dengan sistem gerak roda depan.
 

Generasi Keempat (1984)

Setelah mapan dengan sistem gerak roda belakang sejak tahun 1957, Corona akhirnya mengikuti jejak sang adik Corolla untuk beralih ke penggerak roda depan yang diklaim lebih ekonomis pada generasi kedelapan secara global di tahun 1983 dan masuk Indonesia tahun 1984 sebagai generasi keempat.

Perubahan sistem penggerak ini juga mengubah profil bodi dan wajah Corona secara signifikan dengan tampilan lebih ramping, kalem, dan modern. Tidak ada lagi rekam jejak model sebelumnya yang begitu anggun dan bercitarasa klasik.

Generasi anyar ini meninggalkan mesin R-series yang telah berkiprah sejak pertama masuk Indonesia dan digantikan unit berkode 4A 1.600 cc 4 silinder SOHC yang memang diperuntukkan untuk front wheel drive (FWD). Model ini diberi nama Toyota Corona GL.

Pada tahun 1986, Corona GL digantikan oleh model lebih baru yakni Toyota Corona EX Saloon disertai beberapa upgrade fitur. Interior EX Saloon dilapisi bahan beledu halus, awam menyebutnya beludru, sehingga memberi nuansa ala ruang keluarga mewah. EX Saloon juga dilengkapi cool box yang diletakkan di bawah dasbor. Plus adanya power window dan power steering menjadikan Corona sebagai mobil mewah pada zamannya.

Generasi Kelima (1988)

Walaupun nama resminya masih Toyota Corona EX Saloon, tapi pecinta di Indonesia memanggilnya sebagai Corona Twin Cam lantaran mesin yang dipakai menggunakan teknologi Dual Over Head Camshaft (DOHC) 16 valve yang akrab disebut twin cam alias katup ganda disertai pasokan bahan bakar injeksi (EFI).

Ada 2 pilihan mesin yang dipakai. Pertama, mesin 4A-FE 1.600 cc yang sama persis dengan milik Corolla dan unit lebih besar 3S-FE 2.000 cc yang kelak dipakai oleh Corona Absolute. Sama dengan pendahulunya, tersedia pilihan transmisi manual 5-speed dan otomatis 4-speed yang halus dan nyaman di jalan.

Wheelbase lebih panjang sebagai bukti bahwa Corona diposisikan sebagai sedan menengah. Hal ini didukung dengan desain bodi tidak kaku dan terlihat elegan, serta tampak modern dengan desain aerodinamis dan mewah.

Daya tarik lain hadir dari bagian dalam kabin dengan aplikasi speedometer digital yang terlihat futuristis dan unik. Ditambah kabin nyaman, membuat Corona Twin Cam banyak diincar kalangan yang ingin tampil memukau di jalan.

Sebagai informasi tambahan, tahun 1990 Toyota Corona mencetak sejarah dengan merayakan produksi ke 10 juta secara global.


Generasi Keenam (1993)

Generasi ini menjadi “edisi perpisahan” Toyota Corona di Indonesia. Menyandang nama Absolute di belakang kata Corona, terjadi revolusi desain dengan dimensi yang lebih besar dan “berisi” ketimbang model sebelumnya. Posisinya disebut sebagai perantara antara Corolla dan Crown.

Benefit bodi besar adalah ruang dalam yang ekstra lega, terutama di bagian belakang dengan alas jok lebar dan empuk, serta sudut kemiringan sandaran punggung yang dirancang sedemikian rupa supaya dapat menopang tubuh dengan rileks dan nyaman. Plus tersedia sandaran kepala untuk menambah kenyamanan penumpang.

Untuk mesin, Corona Absolute masih setia pada unit 1.600 cc dan 2.000 cc twin cam dengan opsi transmisi manual 5-speed atau otomatis 4-speed.

Di tahun 1996, Corona memperoleh sentuhan ringan pada desain bumper depan dan belakang dengan meniadakan lis hitam tebal yang mengitari bumper. Panel ini diganti dengan lis lebih tipis dan dicat sewarna bodi mobil. Peremajaan juga terlihat di belakang, dengan mengganti mika putih pada lampu sein menjadi kuning.

Masih di tahun 1996, Toyota fokus pada Corona dengan mesin 2.000 cc yang secara resmi masih menyandang nama EX Saloon, atau lengkapnya Toyota Corona 2.0 EX Saloon. Menariknya, terdapat pilihan transmisi otomatis 5-speed yang menjanjikan kenyamanan berkendara lebih baik.

Toyota Corona resmi pamit dari pasar Indonesia pada tahun 1998 dan keberadaannya digantikan oleh Toyota Camry yang berada satu level di atas Corona. Reposisi ini menempatkan Corolla sebagai pemain tunggal dari Toyota di level sedan menengah hingga sekarang.

Latest Article
Back to top