JAKARTA (12/11) – Dari tahun ke tahun jumlah kendaraan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Sejalan dengan itu, hal ini berdampak juga pada peningkatan emisi gas buang.

Berdasaran data Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 terdapat 26,7 juta unit in operation kendaraan bermotor di Indonesia. Pada tahun yang sama, tercatat sekitar 484 MtCO2 emisi CO2 di mana sektor transportasi berkontribusi sebanyak 27%.

Untuk menanggulangi masalah peningkatan emisi CO2 ini, Toyota bekerjasama dengan lembaga Clean Air Asia (CAA) menginisiasi terbentuknya institusi program Eco-driving sejak 2015. Project ini didukung oleh berbagai pihak lainnya seperti Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Korps Polisi Lalu Lintas Nasional (Korlantas), Kementerian Perhubungan, dan Pemprov DKI Jakarta.

Marketing Director PT Toyota-Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy, menyebutkan bahwa Toyota senang dapat turut serta dalam menyukseskan program Eco-driving yang sudah berjalan sejak 5 tahun lalu dan mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak.

“Toyota yakin dalam mengatasi masalah emisi CO2 ini semua pihak memiliki perannya masing-masing. Toyota sebagai perusahaan mobilitas hadir dengan produk yang eco-friendly melalui jajaran kendaraan elektrifikasi yang lengkap, mulai dari Hybrid Electric Vehicle hingga Plug-in Hybrid Electric Vehicle, Battery Electric Vehicle, dan Fuel Cell Electric Vehicle. Sementara itu, pemerintah melakukan perannya melalui regulasi dan infrastruktur. Sedangkan masyarakat khususnya pengendara melalui penerapan prinsip Eco-driving yang berkelanjutan,” ujar Anton.

“Mengubah perilaku memang perlu dilakukan secara bertahap dan terus-menerus. Namun berkat upaya kita bersama, diharapkan program Eco-driving ini dapat berjalan dengan baik dan diterapkan secara berkelanjutan,” kata Anton.

Eco-driving secara umum diartikan sebagai teknik mengemudi cerdas yang mengutamakan keselamatan, kecepatan termasuk akselerasi, dan efisiensi bahan bakar. Eco-driving tidak hanya menghemat konsumsi bahan bakar dan biaya perawatan kendaraan, tapi juga mengurangi konsumsi energi kendaraan dan emisinya, serta berpengaruh pada perilaku pengemudi kendaraan demi keselamatan berlalulintas. 

Program Eco-driving sudah dimulai sejak 2015. Pada 2019, Eco-driving di Indonesia akhirnya dilembagakan melalui dua mekanisme. Eco-driving diintegrasikan ke dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai salah satu kompetensi standar yang harus dipenuhi oleh pengemudi komersial termasuk truk.

Eco-driving juga telah diintegrasikan ke dalam persyaratan pasca perizinan pengemudi TransJakarta (bus rapid transport/BRT) dan semua armada yang dicakup oleh Dinas Perhubungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan juga termasuk truk sampah dan ambulans.

Artinya semua pengemudi harus menjalani pelatihan Eco-driving untuk dapat mengemudikan armada tersebut. Pelaksanaan pilot project Eco-driving dilakukan di Jakarta, dengan pelatihan bagi pengemudi TransJakarta, DAMRI, truk sampah, bus sekolah, dan truk derek menggunakan modul yang dikembangkan. 

“Toyota sudah ada di Indonesia sejak 50 tahun lalu. Selama itu, kami berkomitmen untuk terus melanjutkan kontribusi terhadap peningkatan standar dan kualitas kehidupan di Indonesia - saat ini dan di masa mendatang - salah satunya melalui program Eco-driving ini,” kata Anton.

“Banyak manfaat penerapan Eco-driving yang dapat dirasakan langsung oleh pelanggan seperti hemat bahan bakar dan mengurangi emisi CO2. Di masa depan, kami berharap agar project yang saat ini baru diterapkan di Jakarta ini dapat menginsprirasi kota-kota lainnya untuk turut mengimplementasikannya,” tuturnya.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

PT Toyota-Astra Motor

Press Room Website: http://pressroomtoyotaastra.com/

Telp: (021) 651-5551 ext. 2266

Fax: (021) 651-5231