Toyota memajang berbagai jenis kendaraan elektrifikasi (xEV) di event GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Hall 5B ICE BSD City, Tangerang – Banten, 18–28 Juli 2024. Kehadiran xEV ini menunjukkan ekspansi teknologi Toyota dengan menghadirkan carbon neutral technology yang semakin lengkap dan berkelanjutan.
Toyota memiliki teknologi elektrifikasi yang lengkap: HEV (Hybrid Electric Vehicle), PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), BEV (Battery Electric Vehicle), dan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV). Masing-masing teknologi memiliki pendekatan berbeda dalam mengolah sumber tenaga listrik, sehingga pelanggan dapat menjalankan gaya hidup ramah lingkungan sesuai keinginannya.
Sejalan Multi Pathway Strategy, berikut cara kerja teknologi elektrifikasi Toyota yang dapat dimanfaatkan pelanggan:
HEV (Hybrid Electric Vehicle)
Salah satu yang mengangkat penjualan HEV Toyota di Indonesia adalah Kijang Innova Zenix Hybrid EV. Dari whole sales xEV Toyota sebanyak 19.158 unit di Semester I 2024, mobil keluarga ini mencatat total sales 12.576 unit, diikuti Yaris Cross HEV (3.392 unit) dan Alphard HEV (1.275 unit).
Kendaraan elektrifikasi jenis HEV meraih popularitas yang begitu tinggi karena memiliki berbagai benefit yang dapat dimanfaatkan pelanggan tanpa perlu repot beralih. Tinggal duduk di balik kemudi tanpa mengubah kebiasaan, pelanggan langsung dapat turut menekan emisi karbon dengan mudah.
Series-Parallel Hybrid System terdiri atas beberapa komponen utama, yaitu mesin bensin, motor listrik, generator listrik, Power Control Unit PCU), dan Power Split Device (PSD) yang menggunakan girboks khusus dalam tugasnya membagi distribusi tenaga dari mesin bensin, motor listrik, dan generator listrik.
Sebagai pengendali kinerja adalah Toyota Hybrid System (THS) yang menggunakan teknologi efisiensi mesin yang secara halus dan tanpa jeda berpindah antara penggerak mesin bensin dan motor listrik, atau menggabungkan performa keduanya.
THS mengurangi peran mesin bensin dan menambah kontribusi motor listrik semaksimal mungkin dalam berbagai skenario berkendara, sehingga konsumsi bensin dan emisi karbon dapat ditekan lebih rendah. Dengan pengalaman panjang di Indonesia, THS semakin kredibel mendistribusikan tenaga yang paling efisien.
Mesin bensin akan sepenuhnya mati ketika mobil berhenti seperti di lampu merah, sepanjang kapasitas baterai tegangan tinggi sebagai sumber daya masih memadai. Di jalan macet, sistem canggih ini memberikan peluang kepada motor listrik untuk bekerja lebih banyak untuk menekan emisi dan menghemat bensin.
Begitu butuh akselerasi lebih kuat atau kapasitas baterai hybrid berada di titik pengisian, mesin bensin akan bekerja. Mesin bensin dan motor listrik bahu-membahu menyalurkan tenaga seefisien mungkin namun tetap optimal ketika mobil membutuhkan tenaga penuh, seperti akselerasi kuat atau menghadapi jalan menanjak.
Keduanya kembali berkolaborasi saat cruising di jalan tol. Tenaga berlebih dari motor listrik akan disalurkan untuk mengisi baterai hybrid. Fitur Energy Regenerative Brake System berfungsi untuk mengubah tenaga kinetik saat rem bekerja, menjadi energi listrik untuk mengisi daya baterai hybrid lewat motor listrik.
Salah satu fitur penting pada HEV adalah EV Mode yang membuat pengemudi dapat merasakan pengalaman unik khas BEV (Battery Electric Vehicle) yang berlimpah torsi, senyap, dan zero emission. Contoh nyata dari keunggulan teknologi HEV adalah konsumsi bensin All New Yaris Cross HEV yang mencapai 31 km/liter.
PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle)
Setelah berhasil meningkatkan popularitas HEV, Toyota mulai meningkatkan awareness teknologi PHEV yang dimulai dengan kehadiran Toyota RAV4 GR Sport PHEV tahun lalu. Di GIIAS 2024, Toyota memajang Prius PHEV untuk kembali menghadirkan carbon neutral technology yang mulai cocok digunakan di sini.
Secara sistem kerja, basis teknologi PHEV sama persis dengan self charging HEV. Bedanya, PHEV memiliki fitur tambahan yang menambah fleksibilitasnya: charging port supaya bisa memanfaatkan benefit dari charging spot untuk isi ulang baterai tegangan tinggi dari sumber eksternal.
Toyota Prius PHEV memiliki kekuatan utama pada efisiensi BBM yang lebih tinggi, serta kapasitas baterai yang lebih besar sebagai solusi mobilitas jarak jauh. Ketika bermobilitas di daerah dengan fasilitas charging spot, pelanggan Toyota Prius PHEV dapat memanfaatkannya tanpa perlu mengubah apapun dari segi teknis kendaraan.
Mendukung aplikasi Plug-in Hybrid EV, tersedia 115 charging spot di berbagai lokasi strategis, di mana 111 titik di antaranya berada di dealer resmi Toyota, 2 titik di mal besar Jakarta yaitu ASHTA Mal dan Gandaria City Mal bersama Privilege Parking Spot, dan 2 titik di Rest Area Jalan Tol, yang akan terus bertambah seiring meningkatnya popularitas PHEV Toyota.
Ultra Fast Charging (UFC) DC berdaya 120 kW tersedia di dealer resmi Toyota Nasmoco Bantul Yogyakarta, Nasmoco Majapahit Semarang, dan 150 kW di Dunia Barusa, Aceh. Untuk menunjang mobilitas antar kota serta menambah daya jelajah BEV dan PHEV lebih jauh lagi, Toyota mengoperasikan UFC di Rest Area 456A Semarang dan Rest Area 695A Jombang Jalan Tol Trans Jawa.
Selain menambah fasilitas pendukung mobilitas yang membuat pelanggan worry free, PHEV juga mengusung keandalan HEV Toyota yang sudah terbukti di Indonesia. Pertama adalah kemampuan self charging untuk kemudahan isi ulang baterai dimanapun dan kapanpun.
Berikutnya, kolaborasi antara kemampuan isi ulang via sumber eksternal dan mesin bensin, meningkatkan daya jelajah ketika berkendara full electric. Kemudahan ini menambah jangkauan bebas jejak karbon ketika mode EV diaktifkan, di samping tentunya menekan konsumsi BBM lebih rendah lagi ketimbang HEV.
BEV (Battery Electric Vehicle)
Diwakili oleh Toyota bZ4X, kendaraan elektrifikasi jenis BEV (Battery Electric Vehicle) tidak memiliki mesin bensin sebagai sumber energi. Secara prinsip, sistem kerja mobil listrik sepenuhnya mengandalkan baterai tegangan tinggi untuk mengoperasikan motor listrik.
Alhasil, sistem kerja BEV lebih ringkas ketimbang xEV lainnya. Cukup dengan mengisi baterai hingga full, pelanggan dapat memanfaatkan keuntungan mobilitas zero emission. Tapi, mobil listrik memiliki keterbatasan terkait kapasitas baterai yang biasanya dapat mengakibatkan range anxiety.
Range anxiety adalah rasa khawatir yang timbul akibat pelanggan tidak tahu berapa sisa jarak tempuh yang aman sebelum mobil listrik Toyota menemukan tempat charging spot. Supaya pelanggan worry free, Toyota membangun fasilitas charging spot di berbagai lokasi strategis.
Seperti disebutkan di atas, charging spot dibangun di berbagai kota, di mana 111 titik di antaranya berada di dealer resmi Toyota. Outlet resmi Toyota mendapatkan prioritas karena umumnya berada di lokasi strategis di sebuah kota.
Perinciannya adalah, 16 titik charging spot di Pulau Sumatera, 85 titik di Pulau Jawa, 1 titik di Pulau Kalimantan, 7 titik di Pulau Sulawesi, dan 2 titik di Pulau Bali dan Nusa Tenggara yang dapat dimanfaatkan secara gratis. Jumlah tersebut sudah mencakup 34% dari total 329 dealer resmi Toyota di seluruh Indonesia.
Pembangunan 2 titik charging spot di pusat perbelanjaan besar di Jakarta sebagai spot lifestyle, sementara 2 titik di Rest Area Jalan Tol berfungsi untuk menunjang mobilitas jarak jauh. Charging spot ini memberikan solusi untuk meningkatkan daya jelajah BEV Toyota sekaligus mendukung mobilitas pelanggan hingga ke berbagai wilayah, sehingga lebih banyak masyarakat berpartisipasi dalam menekan emisi karbon.
FCEV (Fuel Cell Electric Vehicle)
Di ajang GIIAS 2024, Toyota Mirai hadir sebagai kendaraan elektrifikasi (xEV) jenis Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) berbahan bakar hidrogen murni dengan emisi berupa air. Mirai yang berarti masa depan, merupakan kendaraan fuel cell berbahan bakar gas hidrogen pertama yang diproduksi secara massal.
Toyota Mirai memproduksi tenaga listrik sendiri dengan menggunakan gas hidrogen. Melalui serangkaian reaksi kimia, FCEV memanfaatkan hidrogen (H2) bersama oksigen (O2) dari udara bebas menjadi energi untuk memutar roda melalui motor listrik dan mengisi baterai. Satu-satunya gas buang adalah uap air (H2O) sebagai hasil reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen.
Sistem yang diberi nama Toyota Fuel Cell System (TFCS), memakai teknologi sel bahan bakar (fuel cell) bersama Fuel Cell (FC) Stack, FC Boost Converter dan tangki hidrogen bertekanan tinggi. TFCS lebih hemat energi dibandingkan mesin pembakaran internal dan tidak mengeluarkan CO2 atau polusi udara lainnya.
Toyota Mirai menggunakan tenaga listrik dari baterai untuk mulai melaju dengan mulus dan senyap. Ketika berkendara normal, fuel cell akan mengambil alih distribusi tenaga ke motor listrik. Fuel cell akan mengisi baterai ketika berada di level yang membutuhkan.
Baterai dan fuel cell akan bekerjasama ketika membutuhkan akselerasi kuat. Dengan energy regenerative system, energi kinetik dari pengurangan kecepatan dan pengereman, dikonversi menjadi energi listrik yang disimpan di baterai. Prinsip kerjanya mengingatkan pada Hybrid EV Toyota.
Hidrogen dapat dihasilkan dari berbagai sumber daya alam seperti air dengan menggunakan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Ketika dikompresi, H2 memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dibandingkan baterai, serta relatif mudah disimpan dan didistribusikan.
FCEV mampu menghasilkan listrik sendiri dari hidrogen, yang berarti dapat membantu mewujudkan masyarakat berbasis hidrogen di masa depan, dan oleh karena itu diharapkan dapat berkontribusi lebih jauh dalam mempercepat diversifikasi energi.
Dengan segala keunggulannya, kendaraan elektrifikasi jenis FCEV diyakini pas sebagai mobility solution masa depan di Indonesia. Berlimpahnya sumber daya alam untuk memproduksi gas hidrogen, memberikan peluang untuk mengurangi pemakaian BBM fosil yang semakin mahal dan langka.